Kemajuan teknologi dan tuntutan hidup belakangan ini membuat duduk menjadi bagian dari rutinitas harian yang mendominasi aktivitas sehari-hari. Setidaknya sebagian besar usia produktif kita habis sebagai kaum pekerja yang hampir sekitar 8 jam seharinya duduk di belakang komputer.
Perjalanan pulang-pergi harian, lalu ditambah sesampainya di rumah kita dimanjakan oleh beragam fasilitas delivery. Mau pesan makanan cukup sentuh layar handphone, demikian juga pesan barang, berbelanja dan lain sebagainya. Kita bahkan tak perlu mematikan lampu sebelum tidur, karena semua lampu terhubung pada aplikasi di smartphone.
Kita dimudahkan dengan berbagai fasilitas berbau smart. Smartphone, smart watch, smart lamp, dan pengembangan aplikasi Internet of Thing (IoT) yang tak pernah putus hingga sekarang.
Tapi seberapa berbahayakan mendiamkan tubuh tanpa banyak aktivitas fisik berarti setiap harinya?
Belakangan sebuah penelitian yang menyebutkan bahaya duduk terlalu lama menjadi viral. Penelitian tersebut kemudian dikenal melalui slogan “Sitting is The New Smoking”. Duduk terlalu lama, terlebih jika dilakukan sambil menonton tv, disebut-sebut memiliki resiko yang sama dengan merokok.
Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kemahilan dan janin. Maka jika sejumlah penelitan menyebutkan bahwa duduk terlalu lama memiliki resiko yang sama dengan merokok, lalu apakah yang dapat terjadi jika kita duduk terlalu lama setiap harinya?
Selama 15 tahun, duduk yang terlalu lama seringkali dikaitkan dengan berbagai gangguan kesehatan seperti kanker, liver, diabetes dan bahkan depresi. Menunjang hal ini berbagai penelitian justru menemukan fakta pendukung. Penelitian menunjukkan statistik yang mencengangkan bagaimana responden yang duduk terlalu lama memiliki tingkat resiko yang lebih rentan terhadap sejumlah penyakit. Hal ini bahkan terjadi sekalipun responden melakukan aktivitas fisik di pusat kebugaran. Dr. James Levine menyebutkan “Duduk dalam jangka waktu lama dampaknya mematikan. Membunuh lebih banyak dari HIV, dan punya resiko kematian lebih tinggi dari paralayang”. Apakah kemudian kursi kita yang nyaman justru diam-diam sedang menggerogoti kesehatan kita?
Walau bagaimanapun, duduk menjadi aktivitas yang sulit dihindari. Duduk menjadi posisi nyaman dimana tidak perlu adanya banyak otot tubuh yang bekerja. Aktivitas menunggu, bekerja, membaca, dan banyak aktivitas lainnya tentu lebih nyaman jika dilakukan sembari duduk ketimbang berdiri.
Untuk mengatasi hal tersebut, The American Council on Exercise bahkan menyarankan untuk mengganti meja kerja yang digunakan dengan meja kerja berdiri. Namun kenyataannya hingga kini saran tersebut belum bisa dibilang populer di kalangan pekerja.
Oleh karenanya, mencegah kursi menggerogoti kesehatan kita tentu menjadi alternatif yang dapat kita lakukan. Menyela waktu duduk dengan berbagai kegiatan yang melibatkan aktivitas fisik lebih banyak tentu lebih baik bagi kesehatan tubuh.
Sekedar berjalan ke kamar mandi, mengambil air minum, mengunjungi rekan kerja atau meningkatkan kuantitas berjalan kaki ketimbang memesan ojek/angkutan online untuk jarak dekat. Selain itu kita juga dapat melakukan peregangan-peregangan yang dapat meningkatkan aliran darah. Setidaknya, lakukan peregangan setiap 2 jam sekali.
Kamu bisa gunakan kursimu sebagai penyangga kemudian tumpukan kedua lengan pada kursi. Buat gerakan naik turun 10-15 kali. Atau jika gerakan itu terlalu mencolok bagi orang-orang disekitarmu, kamu bisa lakukan gerakan dengan duduk tegak seperti biasa, lalu angkat kedua kaki hingga sejajar dengan perut, turunkan lagi dan angkat lagi hingga 10 hitungan. Gerakan sederhana ini sangat bisa membantu di sela-sela kesibukanmu loh. Selamat mencoba.