Mengenal Sifat Lahan Tanah Gambut

1792

Spesifikasi lahan tanah gambut

         Lahan tanah gambut merupakan lahan yang memiliki kandungan unsur tanah berupa bahan organik lebih dari 30%. Ketebalan lahan gambut mencapai lebih dari 50 cm, serta tebentuk dari hasil percampuran bahan-bahan organik seperti daun, ranting, semak belukar dan lain-lain. Percampuran bahan-bahan organik tersebut berlangsung dalam waktu cukup lambat dan dalam suasana anaerob. Berdasarkan ketebalannya, gambut dibedakan menjadi empat tipe (kajian Penanggulangan Kebakaran Lahan Gambut), antara lain:

  1. Gambut dangkal, memiliki ketebalan 0,5-1 m.
  2. Gambut sedang, memiliki ketebalan 1-2 m.
  3. Gambut dalam, memiliki ketebalan 2-3 m.
  4. Gambut sangat dalam, memiliki ketebalan >3 m.

Berdasarkan kematangannya, gambut juga dibagi dalam beberapa tipe, yaitu :

  1. Tipe fibrik, merupakan tipe gambut yang bahan vegetatif aslinya masih sedikit mengalami proses dekomposisi.
  2. Tipe hemik, merupakan tipe gambut dimana tingkat dekomposisinya sedang.
  3. Tipe saprik, merupakan tipe gambut yang tingkat dekomposisinya telah

mengenal-sifat-lahan-gambut

       Manfaat dari gambut yaitu sebagai aspek penyangga ekologi terutama sebagai kawasan tampung hujan, karena digunakan sebagai medium pertanian/ perkebunan/ hortikultura, memiliki kemampuan dalam menahan air, sebagai sumber daya energi, dan sebagai lahan pertanian/ hutan. Lahan tanah gambut cenderung memiliki pH rendah, memiliki kapasitas tukar kation (KTK) tinggi, memiliki tingkat kejenuhan basa rendah, memiliki kandungan unsur mikro (Cu, Zn, Mn, dan B) serta K, Ca, Mg, P yang rendah. Lahan tanah gambut memiliki sifat mengering tak balik yang dapat menurunkan retensi air dan membuat peka daya erosi, memiliki daya hantar hidrolik vertikal yang sangat kecil, namun memiliki daya hantar hidrolik horizontal yang sangat besar, memiliki daya tahan yang rendah sehingga tanaman mudah roboh/ tumbang dan memiliki sifat penurunan permukaan tanah yang besar.

Kebakaran lahan gambut

        Kebakaran merupakan proses terjadinya pembakaran yang meluas dan menyebar secara tidak teratur dan terdapat dukungan dari bahan bakar seperti ranting-ranting kayu, daun, rumput, semak, pohon, dsb. Kebakaran yang cenderung tidak terkendali akan menyebabkan api menjalar ke segala tempat, begitu pula yang terjadi pada lahan gambut. Kebakaran lahan gambut diindikasikan lebih berbahaya jika dibandingkan dengan kebakaran pada lahan kering. Hal ini disebabkan karena terdapat lapisan-lapisan pada lahan gambut, sehingga intensitas terjadinya kebakaran juga akan bertahan lama serta akan menghasilkan asap yang tebal. Kedalaman lapisan lahan gambut pada saat terbakar bisa mencapai 22,03 cm (variasi antara 0-42,3 cm), namun pada titik tertentu kebakaran lapisan lahan gambut ini bisa mencapai 100 cm. Oleh karena itu pada saat dilakukannya pemadaman kebakaran pada lahan gambut sangat sulit dan memerlukan banyak air. Dalam proses pemadaman kebakaran lahan gambut, diperlukan air sebanyak 200-400 liter per satu meter persegi luasan lahan gambut. Adapun sifat-sifat kebakaran pada lahan gambut, antara lain:

  1. Lapisan lahan gambut yang terbakar tergantung pada kedalaman air tanah.
  2. Kebakaran pada lahan gambut terjadi di atas lapisan gambut.
  3. Api pada saat terjadinya kebakaran lahan gambut dapat merambat melalui lapisan bawahnya, meskipun vegetasi di atasnya belum terbakar atau masih segar.
  4. Kebakaran pada lapisan gambut sulit dipadamkan dan bertahan lama.
  5. Proses penyemprotan air pada lahan gambut yang sedang terbakar jika tidak padam total, maka dapat menyebabkan produksi asap semakin tebal dan meningkat.
  6. Kebakaran lahan gambut menghasilkan asap tebal karena terjadi pembakaran tak sempurna.
  7. Terdapat vegetasi yang mudah terbakar dan bekas kebakaran lahan gambut ditutupi oleh arang.

         Dampak negatif adanya kebakaran lahan gambut yang tidak dapat segera ditanggulangi memungkinkan terjadinya pemanasan iklim global, kerusakan ekologis, hambatan transportasi, serta gangguan terhadap kesehatan.