Resolusi Penyurutan Fase Stres

193

       Fase stres merupakan suatu kondisi dimana seseorang memiliki tekanan fisik dan psikis akibat adanya tuntutan dalam diri dan lingkungannya. Stres disebabkan oleh terjadinya interaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan serta berasal dari situasi yang bersumber pada aspek psikologis, perilaku, kognitif, biologis dan sosial dari seseorang. Stres muncul sebagai akibat dari adanya tuntutan yang melebihi batas kemampuan individu untuk menghadapi, memberikan respon, maupun memenuhinya. Seseorang yang tidak bisa memenuhi tuntutan kebutuhan, akan merasakan suatu kondisi tekanan dalam dirinya. Tekanan yang berlangsung cukup lama serta tidak ada penyelesaiannya maka akan berkembang menjadi fase stres.

human brain with arts that embraces a word "stress", 3d illustration

       Stres pada dasarnya tidak selalu berdampak negatif, karena stres kadang dapat bersifat membantu dan menstimulasi individu untuk bertingkah laku positif. Stres yang berdampak positif biasa disebut dengan eustress dan stres yang berdampak negatif biasa disebut dengan distress. Stres bukan hanya sebagai stimulus atau respon, karena setiap individu dapat memberikan respon yang berbeda pada fase stres. Adanya perbedaan karakteristik individu tersebut menyebabkan adanya perbedaan respon yang diberikan waktu seseorang mengalami fase stres. Dalam fase stres, seseorang membutuhkan orang lain dalam membantu menyurutkan tingkat stres tersebut.

        Manusia pada hakekatnya adalah makhluk monodualis, yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia mempunyai kebutuhan dasar untuk berinteraksi, yaitu menjalin hubungan dengan orang lain. Dalam menjalin hubungan dengan orang lain manusia melakukan komunikasi. Komunikasi adalah pertukaran pesan secara verbal dan non verbal dari pengirim ke penerima pesan yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku, khususnya pada fase stres. Terjadinya umpan balik dalam komunikasi tidak hanya berupa pernyataan tetapi dapat juga berupa tingkah laku, karena salah satu efek dari proses komunikasi adalah mempengaruhi orang lain untuk bertingkah laku sesuai dengan tujuan komunikasi. Adanya komunikasi tersebut maka akan berdampak baik pada penyurutan tingkat fase stres yang terjadi pada seseorang. Dalam komunikasi interpersonal terdapat aspek-aspek resolusi penyurutan fase stres, antara lain :

  1. Pemberian dukungan

Pemberian dukungan bertujuan untuk memahami dan mengevaluasi (descriptivenes) penderita fase stres. Dukungan dalam komunikasi ditunjukkan oleh kebebasan individu dalam mengungkapkan perasaannya, tidak malu dan tidak merasa dirinya menjadi bahan kritikan. Penderita fase stres dapat berfikir secara terbuka, mau menerima pandangan yang berasal dari orang lain, serta bersedia untuk mengubah diri jika perubahan dipandang perlu.

  1. Pemberian keyakinan

Pemberian keyakinan ini bertujuan menstimulan penderita fase stres agar mempunyai harapan baru dalam hidupnya. Namun seseorang juga harus memerlukan adanya keyakinan dalam diri dalam memberikan stimulan terhadap penderita stres. Sehingga terjadi hubungan timbal balik diantara keduanya, dan memunculkan rasa percaya serta tidak ada rasa segan satu sama lain.

  1. Pemberian empati

Berempati adalah merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain tanpa kehilangan identitas diri sendiri. Empati memungkinkan seseorang untuk mengerti baik secara emosional maupun intelektual atas apa yang dirasakan oleh penderita stres.

  1. Bersikap positif

Sikap positif dalam komunikasi terhadap penderita stres adalah sikap saling menghormati satu sama lain dalam situasi komunikasi secara umum. Sikap positif dalam komunikasi ini ditunjukkan oleh adanya kejelasan dan kepuasan dalam proses komunikasi.

  1. Kesederajatan

Kesederajatan adalah adanya kedudukan yang sama dalam suatu hal atau kondisi (status) dengan penderita stres. Kesederajatan dalam komunikasi interpersonal ini, ditunjukkan oleh adanya rasa saling menghormati antara seseorang dengan penderita stres.

  1. Manajemen interaksi

Penyurutan fase stres dapat terjadi jika dalam berkomunikasi memiliki manajemen interaksi yang baik. Manajemen interaksi dalam komunikasi ditunjukkan oleh tidak adanya komunikasi dari penderita stres yang merasa diabaikan.

  1. Berorientasi pada penderita stres

Berorientasi pada penderita stres yaitu berkemampuan untuk menyesuaikan diri serta menganggap penderita stres sebagai pusat perhatian. Adanya orientasi pada penderita stres saat berkomunikasi dapat ditunjukkan melalui bahasa verbal maupun nonverbal. Bahasa nonverbal melalui kontak mata, senyuman, anggukan, dan mimik wajah. Adapun bahasa verbal dapat ditunjukkan melalui pertanyaan atau pernyataan berkenaan dengan pernyataan penderita stres.