Banyak hal yang dapat diulas dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Jogja memang memiliki segudang keistimewaan, tidak terkecuali cerita sejarah di dalamnya. Salah satu cerita yang menarik adalah keberadaan pasar tertua di kota ini yang masih tetap eksis hingga saat ini. Pasar mana sajakah itu?
- Pasar Legi Kotagede
Pasar Sargede yang kini dikenal dengan Pasar Legi Kotagede ini dibangun pada abad 16. Pasar ini merupakan pasar tertua di Yogyakarta. Konon berdasarkan catatan sejarah pasar ini lebih dulu ada daripada kerajaan Mataram yang berpusat di Kotagede saat itu. Nama Pasar legi ini diambil karena puncak keramaian ada pada hari pasaran legi dalam penanggalan jawa. Lokasi pasar ini berada di Jalan Mondorakan 172B, Kotagede.
Meskipun Pasar Kotagede hanya pasar tradisional, namun dari sisi kelengkapannya tidak perlu diragukan. Siapapun yang berkunjung dan mencari sesuatu pasti ada, terutama pada hari pasaran. Pada hari pasaran, jumlah pedagang di pasar ini dapat meningkat 100%. Mulai aneka sayur, pakaian, aksesoris, peralatan keluarga hingga hewan piaraan ada di sini. Pasar ini juga memiliki landmark di barat laut pasar, yaitu Babon Anim. Babon Anim merupakan gardu listrik induk yang dibangun awal 1900-an. Gardu ini merupakan warisan perusahaan listrik pemerintah Belanda, yang saat ini kondisinya telah direnovasi.
- Pasar Beringharjo
Pasar Beringharjo mungkin sudah tidak asing lagi bagi banyak orang, karena lokasinya yang cukup strategis berada di kawasan wisata Malioboro dan berdekatan dengan Benteng Vredeburg. Pasar ini dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Pasar Beringharjo ini merupakan salah satu pasar tertua dengan nilai historis dan filosofis yang melekat dengan Kraton Yogyakarta. Pasar ini juga telah melewati 3 fase, yaitu masa kerajaan, masa penjajahan dan kemerdekaan.
Beringharjo memiliki makna hutan pohon beringin yang diharapkan dapat membawa kesejahteraan bagi warga Yogyakarta. Pasar Beringharjo mempunyai 2 bangunan, bangunan barat dan bangunan timur. Bangunan timur terdiri dari dua lantai, dan untuk bagian barat terdiri dari tiga lantai. Pintu utama pada Pasar Beringharjo terletak di bagian barat menghadap ke Jalan Malioboro. Pada pintu masuk pasar ini terdapat tulisan aksara jawa dan aksara latin. Di Pasar Beringharjo, dapat ditemukan beragam oleh-oleh sebagai buah tangan Kota Yogyakarta, antara lain seperti baju dan kain batik, aneka rempah-rempah khas yang memungkinkan sangat sulit ditemui dikota lain, aneka barang antik, aneka jajanan pasar tradisional, aneka kerajinan tradisional hingga souvenir pengantin, kebaya modern maupun kebaya kuno, dsb.
- Pasar Kranggan
Pasar Kranggan berdiri pada awal abad ke-19 pada masa pemerintahan Kolonial Belanda. Pasar Kranggan menjadi salah satu pusat perekonomian di Yogyakarta yang dimotori oleh warga Tionghoa. Berawal dari peraturan pada pemerintahan Kolonial Belanda bernama Wijkensteelsel yang membagi wilayah permukiman dalam tata ruang kota Jogja saat itu. Masyarakat pribumi hingga pendatang diwajibkan membuat perkampungan yang berisi orang-orangnya sendiri. Warga Tionghoa saat itu ditempatkan di tempat yang sekarang dikenal dengan jalan A.M Sangaji, jalan di sebelah timur Pasar Kranggan saat ini. Pasar Kranggan ini berada di tengah kota.
Lokasinya berdekatan dengan ikon bersejarah yaitu Tugu Jogja. Hidup di tengah kota, justru menonjolkan pasar ini dapat gagah bertahan menghadapi dinamika kehidupan perkotaan yang modern. Hingga saat ini Pasar Kranggan tetap menonjolkan aktivitasnya sebagai pasar tradisional, sebagai wadah berinteraksi sosial, budaya, dan ekonomi. Disamping itu pula Pasar ini menjadi saksi sejarah kewibawaan Raja Ngayogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, sebagaimana termaktub dalam buku Takhta Untuk Rakyat.