Distribusi Pendapatan Konsumen
Pada umumnya orang tidak menciptakan suatu pasar, tetapi mereka harus mempunyai uang untuk belanja. Dapat dikatakan bahwa uang yang mereka miliki merupakan pendapatan atau penghasilan. Dalam hal ini penghasilan dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu : penghasilan uang dan penghasilan riil.
- Penghasilan uang : sejumlah uang yang diterima oleh seorang sebagai upah, gaji, sewa, bunga, dan dividen
- Penghasilan riil : penghasilan berupa yang yang diterima oleh seseorang sesuai dengan pengeluarannya. Jika penghasilan uang seseorang naik 5% dalam satu tahun tetapi pengeluaran meningkat 8%, maka penghasilan riil menjadi turun 3%.
Pada pokoknya, jumlah penduduk dan jumlah keluarga dapat digolongkan kedalam tiga tingkatan menurut jumlah penghasilan yang mereka terima. Namun, penggolongan tersebut sangat relatif, karena lebih menekankan pada segi kualitatifnya. Golongan pasar ini adalah :
- Pasar yang berpenghasilan rendah
- Pasar yang berpenghasilan menengah
- Pasar yang berpenghasilan tinggi
Masing-masing golongan sulit ditentukan secara tepat, beberapa jumlah penghasilannya. Misalnya, pasar yang berpenghasilan rendah meliputi orang-orang dengan penghasilan Rp. 1.000.000,- per bulan kebawah atau dapat pula ditentukan sebagai kelompok orang-orang yang berpenghasilan kurang dari Rp 1.500.000,- sebulan. Demikian pula pada golongan pasar yang lain, kriteria jumlah penghasilannya dapat berbeda-beda sesuai dengan pengamatan dan pendapat seseorang. Pembelian masing-masing golongan berbeda-beda, baik jumlah maupun jenisnya. Pasar yang berpenghasilan tinggi lebih banyak menggunakan penghasilan mereka untuk membeli barang mewah. Sedangkan pasar yang berpenghasilan menengah dan rendah umumnya tidak demikian.
Pola Pengeluaran Konsumen
Masalah distribusi pendapatan ini kita kaitkan dengan pola pengeluaran keluarga karena keduanya mempunyai hubungan yang erat. Pola pengeluaran akan berbeda-beda sesuai dengan tahap-tahap dalam siklus kehidupan keluarga, dan tergantung pada penghasilan keluarga. Ernst Engel, seorang ahli statistic berkebangsaan Jerman, berdasarkan penelitiannya tentang pola pengeluaran konsumen dalam hubungannya dengan tingkat pendapatan keluarga, telah berhasil membuat sebuah rumusan, yang kemudian dikenal dengan hukum Engel. Hukum tersebut menyatakan bahwa :
Apabila pendapatan keluarga meningkat, maka :
- Presentase pengeluaran untuk pangan berkurang
- Presentase pengeluaran untuk tidak banyak berubah
- Presentase pengeluaran untuk perumahan juga tidak banyak berubah
- Presentase pengeluaran untuk keperluan lain seperti rekreasi, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya meningkat.
Hukum Engel tersebut dapat memberikan latar belakang yang luas, dan bagian pemasaran dari sebuah perusahaan dapat mengadakan analisa pasar untuk produk atau jasa yang ditawarkannya. Meskipun seseorang memiliki kemauan untuk membelanjakan uangnya, namun jumlah pengeluarannya sangat dibatasi oleh tingkat penghasilan yang diterimanya. Selain itu, jumlah keluarga ataupun dalam tahap-tahap siklus kehidupan keluarga juga sangat berpengaruh terhadap pola pengeluaran keluarga tersebut.
Setiap tahap dalam siklus kehidupan keluarga mempunyai pola pengeluaran yang berbeda-beda. Sepasang pengantin muda yang belum mempunyai anak, akan lebih banyak menggunakan pendapatannya untuk rekreasi, pakaian, mobil, sepeda motor. Apabila keluarga tersebut sudah mempunyai anak, maka pengeluarannya lebih banyak digunakan untuk perlengkapan rumah seperti alat pencuci, televise, dan perlengkapan bayi. Setelah anak menjadi besar, maka pengeluaran untuk makan, pakaian, pendidikan, dan sarana hiburan menjadi lebih besar. Pada tahap terakhir dimana hanya tinggal seorang diri sebagai duda atau janda, maka semua macam pengeluaran menjadi jauh berkurang.