GID atau Gangguan Identitas Disosiatif (Dissociative Identity Disorder/ DID) adalah kondisi dimana terdapat dua atau lebih kepribadian di dalam satu tubuh seseorang, sering disebut dengan kepribadian ganda. Kepribadian-kepribadian ini memiliki sifat/ karakter yang sangat berbeda, misalnya dari cara penampilan, cara berbicara, keahlian, bahkan hingga jenis kelamin kepribadiannya pun bisa berbeda. Dua atau lebih kepribadian ini bisa saling bergantian mengambil alih kontrol penuh atas tubuh si pemilik sifat aslinya.
Sebenarnya sebagian orang pernah mengalami gejala disosiatif ringan, misalnya dengan melamun atau hilang arah ketika mengerjakan sesuatu. Namun kepribadian ganda adalah gejala disosiatif yang tergolong berat. Hal yang paling terlihat pada pemilik kepribadian ganda ini adalah sifat lupa yang melebihi dari kata wajar. Misalnya saja hari ini dia pergi ke taman bersama anda dan esok hari ketika anda tanyakan kepada dia apakah dia ke taman kemarin bersama anda, dia akan lupa dan merasa tidak ke taman bersama anda. Perempuan dianggap lebih memiliki resiko gangguan kepribadian ganda. Dari hasil penelitian menyatakan perbandingan penderita kepribadian ganda perempuan dengan laki-laki adalah 9:1. Tapi penelitian tentang hal ini masih berlanjut.
Penyebab gangguan identitas disosiatif
Penyebab dari gangguan identitas disosiatif ini belum bisa dipastikan. Tetapi ada beberapa hal yang memicu atau beresiko menyebabkan terjadinya kepribadian ganda ini. Faktor pengalaman masa kecil yang tidak menyenangkan berupa penyiksaan adalah penyebab utama Gangguan Identitas Disosiatif ini. Penyiksaan fisik, psikologis maupun seksual termasuk di dalamnya. Anak-anak kecil yang belum berusia 5 tahun bila berada dalam kondisi penyiksaan semacam itu terus menerus ditengarai berpotensi mengalami Gangguan Identitas Disosiatif. Selain penyiksaan, pengalaman trauma karena menyaksikan peristiwa perang, bencana, dan sebagainya merupakan faktor pencetus berikutnya. Tekanan dalam mengatasi masalah kehidupan, misalnya keuangan, konflik, relasi, dan sebagainya dapat juga menjadi penyebab seseorang memiliki beberapa kepribadian. Pada dasarnya, kepribadian ganda merupakan mekanisme pertahanan diri individu dari peristiwa traumatik. Ketika seorang anak menghadapi penyiksaan dan tidak ada seorang pun yang menolongnya, maka ia harus keluar dari situasi tersebut. Cara untuk menyelamatkan diri yang diketahui adalah ‘bersembunyi’, supaya tidak bisa ditemukan oleh penyiksanya. Pengertian bersembunyi di sini bukan secara fisik, tetapi menyembunyikan diri secara psikologis. Diri asli bersembunyi dibalik diri yang dianggap lebih kuat dan mampu menghadapi tekanan.
Ciri-ciri penderita gangguan identitas disosiatif
Tidak ada salahnya kita harus bisa mengenali ciri-ciri orang yang memiliki gangguan identitas disosiatif sekalipun belum teruji secara medis kebenarannya. Berikut adalah tanda-tanda yang bisa kita temui pada penderita gangguan identitas disosiatif :
- Mendengar suara-suara asing di kepala.
- Mengalami masalah pada ingatan, misalnya penderita sering lupa dengan tanggal-tanggal penting dalam hidupnya seperti tanggal kelahirannya sendiri, tanggal lahir anak, dll. Dan sifat lupa ini dinilai jauh lebih parah dibandingkan sifat lupa yang normal.
- Kepribadian yang satu dapat melihat kehidupan kepribadian yang lainnya, selayaknya orang yang sedang menonton kehidupan orang lain.
- Bertemu dengan orang asing yang menyatakan pernah bertemu si penderita sebagai orang lain, misalnya hari ini si penderita memperkenalkan dirinya sebagai Mona dengan dandanan yang rapih, sedangkan esok harinya si penderita memperkenalkan dirinya sebagai Lusy dengan dandanan yang seksi dan glamour
- Sering berada di suatu tempat tetapi tidak ingat alasan dia berada di tempat itu.
- Sering mengalami depresi, sering dilanda panik, cemas berlebihan, sering mengalami perubahan suasana hati, sering mengalami gangguan tidur (insomnia), sering merasa sedih, marah dan tidak berharga.
- Sering mengalami distorsi waktu (kehilangan waktu) dan ada kecenderungan untuk bunuh diri.
- Memiliki pola pikir, cara bicara, dan sifatnya berubah-ubah
- Menemukan sesuatu yang sebenarnya adalah miliknya sendiri tetapi ia tidak mengetahui kenapa ia memilikinya.
Bagaimana penyembuhannya?
Gangguan ini sebenarnya tidak hilang dengan sendirinya, butuh proses panjang untuk menyatukan kembali berbagai kepribadian kembali menjadi kepribadian tunggal. Meskipun begitu, penggabungan tidak selalu berhasil, tujuan ini dimaskudkan untuk mencapai interaksi harmonis antara kepribadian-kepribadian agar berfungsi lebih normal. Berbagai bentuk terapi dikemukakan para psikiater diantaranya, yaitu :
- Melakukan terapi obat untuk meringankan gejala-gejala gelisah, depresi, tetapi tidak mempengaruhi gangguan itu sendiri.
- Melakukan psikoterapi, terapi ini memang agak sulit dan sangat menyakitkan secara emosional. Karena orang tersebut mengalami emosional yang tinggi saat ingatan traumanya teringat kembali selama terapi. Terapi ini membutuhkan waktu 3 hingga 6 tahun.
- Dissociative Identity Disorder terintegrasi, terapi ini menggunakan pendekatan secara komprehensif dengan 9 tahapan yaitu:
- Tahap psikoterapi
- Intervensi preliminary (mendiagnosis kepribadian)
- Pengumpulan informasi detail mengenai latar belakang masalah penderita
- Menganalisis trauma yang dialami penderita
- Analisis resolusi
- Integrasi resolusi
- Mempelajari alternatif kemampuan menghadapi masalah
- Tindak lanjut terapi
- Follow up
- Melakukan terapi psikoanalisis, terapi ini lebih banyak dipilih. Terapi ini menggunakan cara hipnotis.
- Melakukan terapi restrukturisasi kognitif, terapi ini bertujuan untuk membalikkan keadaan dan terapi ini efektif untuk mengubah perpindahan identitas secara bertahap. Namun terapi ini hanya bisa dilakukan setelah menemukan kepribadian asli milik si penderita, sebab penderita tidak menyadari kalau dia memiliki banyak kepribadian yang mungkin muncul.
What should we do?
Jadi apabila kita menemukan orang-orang di sekitar kita mengalami ciri ataupun gejala yang menunjukkan seperti tanda-tanda di atas, baiknya segera dibawa ke psikiater. Kenali baik-baik mana yang mempunyai gangguan jiwa, mana yang memiki gangguan kepribadian ganda, keduanya memiliki ciri yang berbeda, walaupun penanganannya sama-sama untuk dibawa ke dokter spesialis gangguan kejiwaan. So, kenali dan dekati, mereka para penderita kepribadian ganda membutuhkan perhatian, bukan untuk dijauhi. Kalau boleh memilih mereka tidak menginginkan itu semua terjadi pada dirinya, tapi sayang mereka tidak bisa memilih.