Ragam Filosofi Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta
Kita sebagai Warga Negara Indonesia, khususnya penduduk asli ataupun yang sedang berada di lokasi Daerah Istimewa Yogyakarta, sudah sepantasnya kita mengetahui apa sih macam-macam Filosofi Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Yah, hal ini diperuntukkan guna memahami ragam Filosofi Kejawen Bangsa Indonesia. Adapun Ragam Filosofi Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (Penataan Ruang Keistimewaan Yogyakarta, 2015), antara lain:
- Hamemayu Hayuning Bawana
Hamemayu Hayuning Bawana berarti asas harmoni, kelestarian, lingkungan, sosial budaya. Hal tersebut merupakan suatu konsep yang universal, komprehensif, sekaligus holistik.
Konsep Hamemayu Hayuning Bawana pada hakekatnya adalah pembangungan berkelanjutan yang menyentuh dimensi kehidupan yang sangat luas. Dimensi kehidupan yang dimaksud adalah kelestarian kehidupan yang harmonis antara alam dan manusia, yang harus bersumber pada asas filosofi Hamemayu Hayuning Bawana.
- Sangkan Paraning Dumadi
Sangkan Paraning Dumadi berarti keyakinan bahwa Tuhan ialah asal-muasal dan tempat kembali segala sesuatu.
Konsep Sangkan Paraning Dumadi terwujud berupa sumbu imajiner yang menjadi salah satu nilai keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu bentuk fisik pola kota dan tata kota yang mengikuti sumbu imajiner Gunung Merapi – Laut Selatan.
- Manunggaling Kawula Lan Gusti
Manunggaling Kawula Lan Gusti memberikan pengertian bahwa manusia secara sadar harus mengedepankan niat baik secara tulus ikhlas dalam kehidupannya.
Filosofi tersebut, dalam hal kepemimpinan berarti mampu memahami dan sadar kapan kita memimpin dan kapan kita dipimpin. Ketika memimpin harus mementingkan kepentingan yang dipimpin, sedang pada saat dipimpin mengikuti kepemimpinan sang pemimpin.
- Tahta Untuk Rakyat
Tahta Untuk Rakyat dari segi maknanya tidak dapat dipisahkan dari konsep Manunggaling Kawula Lan Gusti, karena pada hakekatnya keduanya menyandang semangat yang sama yakni semangat keberpihakan, kebersamaan dan kemenyatuan antara penguasa dan rakyat, antara keraton dan rakyat.
Konsep pemikiran Tahta Untuk Rakyat mencerminkan sikap kraton terhadap kehidupan modern menuju masa depan. Kraton berinisiatif menjadi bagian dari rakyat dalam memperjuangkan kualitas kehidupan melalui kebersamaan dengan seluruh masyarakat.
- Poros Imajiner
Poros Imajiner tervisualisasikan dalam wujud cagar budaya yang meliputi Gunung Merapi-Kraton-Laut Selatan. Secara simbolis filosofis sumbu imajiner ini melambangkan keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia, manusia dengan alam yang termasuk lima aspek pembentukannya yakni api dari gunung Merapi, tanah dari bumi Ngayogyakarta, air dari laut Selatan, angin dan angkasa.
Isi kandungan dari konsep Poros Imajiner adalah harmonisasi lingkungan secara fisik yang menerus pada terbentuknya harmonisasi dimensi kemanusiaan dan alam yang terbangun di atas ruang berciri khas tertentu.
- Sumbu Filosofis
Terdapat 2 kandungan arti dari Sumbu Filosofis, yang pertama melambangkan perjalanan manusia menghadap sang pencipta dengan segala macam godaan dan kesenangan duniawi juga kekuasaan. Sumbu Filosofis ini ditandai dari Penggal jalan Mangkubumi – Malioboro – Ahmad Yani – Trikora.
Sedangkan yang kedua Sumbu Filosofis melambangkan proses kehidupan manusia dari lahir, anak-anak, menuju masa kedewasaan. Hal tersebut ditandai dari Penggal jalan Gading – D.I Panjaitan.
- Catur Gatra Tunggal
Catur Gatra Tunggal merupakan filosofi dan konsep pembentukan Inti Kota. Catur Gatra Tunggal memiliki arti kesatuan empat susunan yang terdiri atas: kraton, masjid, alun-alun, dan pasar. Keempat susunan tersebut adalah elemen-elemen identitas kota atau jati diri kota yang diletakkan sebagai unsur keabadian kota.
Berdasarkan Ragam Filosofi Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah dijelaskan, kita sebagai Bangsa Indonesia khususnya warga Daerah Istimewa Yogyakarta bisa mengambil pelajaran dan memahami isi kandungan filosofi-filosofi tersebut. Pemahaman isi kandungan filosofi tersebut, bisa kita implementasikan dalam kepemimpinan, kehidupan diri pribadi dan dalam kehidupan bermasyarakat.