Menjadi anak perantauan tidaklah mudah, apalagi itu sebuah perantauan yang pertama kali, tentunya akan terasa berat. Awalnya yang biasa berada dirumah dan selalu bersama orang tua pasti semua akan terasa tercukupi, ingin makan juga pasti sudah tersedia. Kita tidak perlu berpusing-pusing untuk memikirkan segala kebutuhan kita. Namun di perantauan kita bakal jauh dari mereka. Kalau kita sedang ada masalah, tidak dapat lagi kita merengek-rengek kepada mereka. Bahkan soal makan pun kita juga harus mengaturnya sendiri.
Kita harus dapat membelanjakan isi dompet kita dan menimbang-nimbang mau makan apa dan dimana yang sekiranya murah namun tetap kenyang. Segala kebutuhan kita harus diminimalisir untuk bertahan sampai akhir bulan. Tapi tak apa, dengan begitu kita bisa belajar bagaimanana rasanya berhemat, bagaimana kita mengatur keuangan dan semua itu pasti akan bermanfaat. Kelak jika kita sudah berumah tangga terutama bagi seorang perempuan, pasti akan bermanfaat . Selain itu nantinya seorang perempuan akan menjadi sosok dalam mengatur keuangan di rumah tangga.
Di perantauan juga memaksa kita untuk belajar berbagai ilmu dan pengetahuan dari berbagai penjuru. Dari mendapatkan teman yang baik hati, teman yang polos, teman konyol, teman pemarah dan banyak lagi. Dari sifat orang-orang yang kita kenal di perantauan dengan berbagai sikapnya masing-masing, hal ini akan menyebabkan kita belajar bagaimana menghargai seseorang. Ketika di perantauan kita juga harus bisa mempertanggungjawabkan apa yang kita lakukan, jangan sampai kita mengecewakan orang-orang yang ada didekat kita.
Meskipun kita tinggal sendiri tanpa pengawasan dari orang tua (bisa dibilang bebas), kita harus bisa memilah dan memilih mana yang pantas dan mana yang tidak pantas untuk kita lakukan. Begitu juga ketika kita dihadapkan dalam berbagai pilihan. Kita akan lebih sering merenung dan bertanya pada diri kita sendiri. Apakah pilihan kita sudah tepat apakah nantinya kita sudah siap akan resiko yang terjadi dari apa yang kita pilih. Dengan ini kita belajar dan berlatih untuk menggunakan perasaan, belajar mengasah kepekaan yang akan membuat kita semakin percaya diri dalam menjalani tantangan hidup yang ada.
Dengan merantau kita juga bisa menjelajahi tempat-tempat baru yang tidak akan kita temui jika kita hanya ada dirumah. Dari tempat-tempat yang baru tersebut kita bisa menemui berbagai pengalaman dan berbagai hal yang nanti bisa kita jadikan pembelajaran ataupun untuk kita ceritakan kepada orang tua dan keluarga kita dirumah. Rindu rumah? Rindu masakan ibu? Rindu bercanda dengan ayah? Rindu bertengkar dengan saudara? Rindu dongengnya kakek nenek?. Pastinya kita akan merindukan semua itu di saat kita sedang jauh dari mereka. Bisa pulang dan berkumpul bersama keluarga adalah kemewahan tersendiri bagi kita anak perantauan.
Biarlah rindu ini menjadi lautan doa kita kepada orang tua kita. Kita merantau juga demi sebuah cita-cita mulia, untuk sebuah kesuksesan di kehidupan mendatang. Doakan saja untuk orang tua kita semoga selalu diberi kesehatan, panjang umur dan murah rezeki. Jangan pernah lupa dalam setiap tindakanmu mintalah restu kepada orang tua karena ridho Tuhan berada pada ridho orang tua. Menjadi anak rantau harus akrab dengan yang namanya rindu, namun bukan rindu yang membuatnya berhenti berjuang namun rindu yang membuat semangatnya berkobar demi orang tua di rumah. Menjadi anak rantau harus bisa kuat, tegar, memiliki rasa tanggung, selain itu kita juga harus pintar-pintar dalam menjaga diri, jangan sampai kita mengecewakan orang tua yang ada di rumah. Ingat tujuan dan komitmen kita di awal merantau karena ada orang-orang yang kita sayangi di rumah untuk menunggu keberhasilan kita.