Cinta dan Kelogisannya

434

Cinta dan Kelogisannya

      Cinta bisa diungkapkan sebagai bentuk perasaan, emosi yang sangat kuat, serta kasih sayang. Memang benar setiap orang berhak mendefinisikan arti kata cinta sesuai pemikiran masing-masing. Hampir sebagian besar orang mendefinisikan cinta itu tulus, tanpa imbalan sedikitpun, sehingga bisa memunculkan rasa kasih sayang. Akan tetapi apakah benar cinta itu adalah sebuah perasaan tanpa imbalan?

     Cinta tidak hanya melibatkan perasaan kedua insan atau lebih yang saling mengasihi, lebih jauh dari itu juga meliputi hubungan yang mendalam kepada sang Ilahi, orang tua, kerabat, saudara atau bahkan orang yang tidak kita kenali. Apakah benar kita bisa mencintai seseorang ataupun sesuatu yang bahkan kita tidak kenal?

Cinta dan Kelogisannya

   Cinta secara universal adalah cinta yang sangat luas jangkauannya, yaitu kepada Tuhan, sesama manusia, binatang, tumbuhan, atau bahkan kepada benda mati, bisa dikatakan cinta yang tak terhingga. Itu adalah anugerah dari Tuhan yang ditiupkan ke dalam diri kita sejak kita lahir di dunia ini. Apa benar cinta itu ada sejak lahir? Lalu kapan hadirnya cinta itu? Apakah kita punya cinta sejak kecil bahkan sejak lahir?

Akan tetapi apakah cinta itu adalah perasaan ataukah tindakan yang muncul karena sebuah perasaan?

Mari kita lihat beberapa kasus berikut :

  • Ketika kita melihat orang-orang yang terkena musibah, baik itu di Indonesia, ataupun di luar negeri sana. Saat itu juga hati kita teriris penuh dengan keibaan melihat itu semua, sehingga memunculkan niat atau bahkan tindakan untuk menolong mereka. Apakah itu bisa disebut dengan cinta?
  • Ketika kita melihat seorang peminta-minta di jalan, hati kita merasa iba sehingga menyisihkan sebagian rezeki kita kepada orang itu. Apakah itu cinta? Sesimpel itu kah cinta? Jawabannya adalah Ya. CINTA ITU SIMPEL/MUDAH. Kita iba, merasa kasihan dan kita menolongnya, itu adalah perwujudan cinta sesama umat manusia. Bahkan kita tidak mengenalinya sekalipun, kita bisa merasakan betapa kasihannya mereka.
  • Ketika kita dilahirkan ke dunia ini, tanpa dosa, tak bisa berbicara sehingga tak bisa menyakiti hati orang lain, tak bisa berbuat apa-apa sehingga tak bisa berbuat dosa setitikpun, hanya bisa memandang dan menangis. Apakah kita sudah punya cinta saat itu? Cinta itu adalah anugerah dari Tuhan yang bahkan dari lahir kita sudah memilikinya. Ketika kita masih bayi, kita tak bisa berkata kotor, tak bisa berbuat dosa, dan tak tahu melihat hal-hal yang haram, bahkan berniat jelek pun tak bisa. Mulianya kita semua saat itu kepada semua orang, semua makhluk, dan alam di dunia ini. Ya itulah cintanya kita kepada dunia yang baru kita injak saat itu. Cinta akan hadir ketika ada obyek untuk kita cintai, saat itu dunia lah yang kita cintai. CINTA TIDAK HADIR BEGITU SAJA.
  • Ketika dua insan sebagai suami istri memiliki rasa cinta yang mendalam, dan menjalani setiap hari kehidupan rumah tangganya, penuh dengan konflik dan masalah yang teramat berat menyelimuti kehidupan mereka. Akan tetapi ketika mereka memutuskan untuk bercerai, apakah sudah tidak ada cinta diantara mereka? Bagaimana jika mereka masih saling mencintai tetapi mereka tetap memutuskan untuk bercerai? Ketika suami dan istri tidak bisa bertahan menghadapi cobaan dalam rumah tangga mereka sehingga memutuskan untuk bercerai sekalipun mereka masih saling mencintai, maka sebenarnya mereka tidak saling mencintai. Karena mereka tidak mampu bertahan. Karena CINTA ADALAH BAGAIMANA KITA BISA BERTAHAN.

    Segala sesuatu yang berhubungan dengan cinta, menunjukkan sebuah tindakan, bukan sebuah perasaan. Sehingga cinta itu adalah sebuah tindakan, bagaimana cara kita bisa bertahan atas segala sesuatu yang terjadi. Di dalam itu semua  muncul lah perasaan sayang, kasih, tulus, iba, pengorbanan, dan tentunya perasaan cinta itu sendiri.

       Cinta kepada Tuhan, bagaimana kita bisa bertahan untuk tetap beribadah kepadaNya. Cinta kepada sesama manusia, bagaimana kita bisa bertahan untuk tetap menolong mereka, meskipun kita tidak mengenal mereka, tetapi kita bersikukuh untuk tetap menolong mereka. Cinta kepada makhluk hidup, semesta alam, bagaimana kita bisa bertahan menjaga keadaan alam ini, dari segala gangguan baik itu dari manusia itu sendiri maupun musibah/ bencana alam dari Tuhan. Cinta kepada suami/ istri, bagaimana kita bisa bertahan terhadap segala kekurangannya, terhadap segala konflik dan masalah yang menimpa, bertahan untuk melanjutkan rumah tangga dengan saling melengkapi segala kekurangannya.