Dimana Letak Keadilan Tuhan?
Adil berarti berada di jalur tengah dan lurus, dengan kata lain adil bermakna suatu sikap yang bebas dari kebohongan dan ketidaksetaraan, atau bisa dikatakan dengan suatu sikap yang tidak memberi perlakuan terhadap dua obyek atau memihak kepada dua belah pihak.
Di dunia ini, ada beragam sifat atau karakter manusia. Ada orang jahat dan orang baik, ada orang kikir dan orang dermawan, ada orang sombong dan orang rendah hati, dan masih banyak sifat-sifat manusia lainnya. Tuhan memberikan sifat manusia itu secara adil, karena dari lahir semuanya memiliki hati yang suci, perasaan yang kosong, serta sifat atau karakter yang masih murni.
Jika ada pepatah yang mengatakan, “Buah jatuh tak jauh dari pohonnya” yang berarti sifat anak akan menyerupai sifat ayah atau orang tuanya. Ini bukan berarti karena sebuah sifat bawaan dari lahir, melainkan sifat apa yang diajarkan oleh orang tuanya, ataupun pengaruh dari lingkungannya, yang menyebabkan sifat sang anak akan menyerupai sifat ayah atau orang tuanya. Baik dan jahatnya seseorang tergantung dari ajaran dan lingkungan semasa prosesnya nanti.
Memiliki sebuah polemik yang terjadi di Indonesia saat ini, dimana orang-orang dengan harta kekayaan melimpah, menguasai sebuah daerah (sebut dengan Kepala Daerah), yang melakukan suatu tindak korupsinya sebagai sebuah predikat kebanggaan. Hal ini telah menimpa di beberapa wilayah di Indonesia, tidak perlu disebutkan, atau bahkan hampir di semua wilayah di Indonesia.
Mari kita sepakat bahwa tindak korupsi itu Jahat. Seorang Kepala Daerah yang memakan uang warganya sendiri, dengan meninggalkan kedua kemampuan alami matanya untuk melihat kenyataan bahwa rakyatnya masih banyak yang “miskin” dan serba “ketidakmampuan”. Betapa sadisnya tindak tersebut, seakan menginjak-injakkan kakinya di atas rakyatnya. Rakyat bekerja banting tulang, dengan “HALAL”, hanya mendapatkan gaji yang tidak sebanding dengan keringatnya. Mari kita sepakat bahwa rakyat kecil yang bekerja seperti itu adalah orang Baik.
Kenapa hal ini bisa dibiarkan begitu saja oleh negara ini? Apakah Tuhan tertidur? Sementara rakyat kecil bekerja keras dengan halal, mereka (koruptor) hanya bersantai malah mendapatkan banyak uang (haram). Jika begini maka pepatah yang mengatakan, “Rajin pangkal kaya” itu adalah sebuah kebohongan besar. Dimana letak adilnya hukum alam di dunia ini? Kenapa yang jahat mendapat kekayaan dan yang baik memperoleh kemiskinan?
Sebuah contoh kasus, seorang kakak yang duduk di bangku SMA mendapat uang saku Rp 20.000 perharinya, seorang adik yang duduk di bangku SMP mendapat uang saku Rp 10.000 perharinya, keduanya mendapatnya dari orang tuanya. Dalam hal ini orang tua sudah bersikap adil meskipun tidak menyamaratakan uang saku keduanya. Hal ini dikarenakan kebutuhan mereka yang berbeda, sang kakak memerlukan uang lebih untuk sepeda motornya, sedangkan sang adik hanya menggunakan sepeda.
Jika koruptor merasakan nikmatnya hidup dalam gelimangan harta, yang bahkan tidak perlu bekerja keras untuk mendapatkannya, sementara rakyat kecil harus bekerja membanting tulang untuk mendapatkan gaji yang tidak sebanding. Inilah keadilan Tuhan. Karena seperti contoh di atas, keadilan bukanlah melulu tentang hal yang sama, merata, melainkan dari kebutuhan kita.
Mari kita perluas perspektif kita tentang miskin, serba ketidakmampuan, dan sebagainya. Di sini kita hanya mengkerdilkan pikiran kita, karena sebenarnya tidak melulu miskin itu tidak mempunyai uang. Sukses itu tidak harus mempunyai rumah dan mobil mewah. Jika kita bekerja keras membanting tulang, mendapatkan gaji yang halal, kita bisa hidup tenang, itulah keadilan Tuhan. Apa lagi yang kita cari jika kebutuhan kita sudah tercukupi. Rumah dan mobil mewah itu adalah sebuah keinginan, bukan keadilan.
Dibalik para koruptor itu penuh dengan pikiran yang ruwet tentang bagaimana menyimpan harta sebanyak ini, dimana harus menyimpan dokumen saksi kedustaan mereka, dengan rekening siapa harus menitipkan uang haram ini, dengan atas nama siapa untuk menjadikan aset atas uang haram ini, atau bahkan memikirkan selanjutnya apa lagi yang mau dikorupsi. Mungkin saja jika ada berita tentang tertangkapnya seseorang oleh KPK, hati mereka sudah takut bukan kepayang membayangkan kalau seandainya mereka yang selanjutnya, atau kalau yang tertangkap itu bakalan menyangkut dirinya (jika berhubungan).
Masih kurang kah keadilan dari Tuhan?
Selama kita tidak membayar atas udara yang kita hirup, kita sudah merupakan orang yang kaya. Selama kita tidak membayar atas tanah yang harus kita injak, kita sudah merupakan orang yang kaya. Lantas kenapa kita menyebut diri kita miskin? Apa enaknya hidup bergelimang harta jika setiap saat penuh kekhawatiran, maka hanya akan menimbulkan penyakit saja. Karena sebenarnya penyakit itu munculnya dari pikiran/ otak kita. Jadi mari kita bahagia dalam menjalani hidup, itu adalah sebuah keadilan dari Tuhan.
Hal di atas masih merupakan bentuk keadilan di dunia, mungkin di akhirat kelak Tuhan akan membalas setimpal dengan apa yang kita lakukan di dunia ini. Jadi mari kita adil dalam berpikir, bukan dalam melihat. Dan janganlah bosan menjadi orang baik.